Blogger Widgets

7 Perilaku Seorang Muslim Yang Baik


Sahabat Abu Bakar Siddiq RA pernah berkata : “ Tiga hal tidak akan  tercapai dengan tiga perkara, (yaitu) kaya dengan berangan-angan, muda dengan menyemir (rambut), dan sehat dengan obat.”  Selain itu  sahabat Umar bin Khatab RA juga pernah berkata “Janganlah salah seorang di antara kamu duduk menganggur sambil menengadahkan tangan ke langit seraya beucap : ‘Ya Allah, turunkanlah rezeki untukku’, padahal sudah dimaklumi bahwasanya langit itu tidak akan menurunkan hujan emas maupun perak.”
1.     Rida
Ridha adalah  sikap menerima segala ketentuan Allah swt, tenang dalam menghadapai cobaan dengan senantiasa  berusaha dan tidak mudah putus asa. Bersikap rida berarti sebuah penerimaan secara sungguh-sungguh dari hati atas pemberian Allah swt. melalui nalar pikiran yang positif, bahwa ia telah memberikan kenikmatan sesuai ukuran kebutuhan kita.
Artinya : dan Allah  melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki ...... (Q.S. an-Nahl (16): 71)

Timbulkan pikiran positif (husnuzan) kepada Yang Maha Pemberi rezeki. Mungkin jika diberi-Nya rezeki yang berlebih justru dapat menimbulkan dampak negatif bagi pribadi kita, yang malahan semakin menjauhkan diri dari rahmat Allah swt.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini.
 Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhamnu memaklumkan, “sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Q.S. Ibrahim (14): 7).
            Ayat di atas secara jelas menyebutkan kecintaan Allah swt kepada orang yang rida  dan mau mensyukuri nikmat-Nya. Jika nikmat dari Allah swt. kita terima dengan hati yang ikhlas dan  penuh rasa syukur, maka nikmat tersebut akan menjadi berkah bagi kehidupannya. Allah swt. juga akan melipatgandakan  nikmat tersebut. Namun  sebaliknya, sebesar apapun nikmat yang diterima jika disikapi dengan perasaan selalu kurang tidak akan akan menjadi berkah bahkan dapat menjadi laknat dan azab Allah swt.
2.     Produktif
Poduktif berarti sikap seseorang untuk mampu menghasilkan sesuatu. Produktivitas seseorang dipengaruhi oleh kemampuan diri  untuk meningkatkan potensi dirinya sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Dengan sikap produktif yang  dimiliki, dapat mewujudkan segala sesuatu yang dicita-citakan.
Sahabat Abu Bakar Siddiq RA pernah berkata : “ Tiga hal tidak akan  tercapai dengan tiga perkara, (yaitu) kaya dengan berangan-angan, muda dengan menyemir (rambut), dan sehat dengan obat.”  Selain itu  sahabat Umar bin Khatab RA juga pernah berkata “Janganlah salah seorang di antara kamu duduk menganggur sambil menengadahkan tangan ke langit seraya beucap : ‘Ya Allah, turunkanlah rezeki untukku’, padahal sudah dimaklumi bahwasanya langit itu tidak akan menurunkan hujan emas maupun perak.”
Firman Allah swt :
 
 Artinya : Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah swt kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. (Q.S. al-Qasas (28): 77)
            Kita diperintahkan untuk mengupayakan kebahagiaan hidup kita dengan bekerja keras dan produktif, orang yang produktif selalu berusaha menjalankan sesuatu dengan baik. Dalam sebuah hadis kita dianjurkan untuk menjadi orang sukses yaitu menjadikan hari ini lebih baik daripada hari kemarin dan esok lebih baik daripada sekarang. Tentunya, kesuksesan dilakukan untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat, sebagaimana pesan Rasulullah SAW yang artinya :  Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok pagi (H.R. Baihaqi).
3.     Efisien
Efisien berarti sikap dalam menggunakan atau memanfaatkan segala sesuatu yang kita miliki secara hemat dan proporsional, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Biasanya seseorang akan cenderung menggunakan sesuatu secara berlebihan atau boros ketika ia memiliki sesuatu dalam jumlah banyak. Orang yang memiliki uang biasanya cenderung banyak keinginan. Orang yang terus memperturutkan keinginan tersebut pada akhirnya akan terjebak dalam pola hidup boros dan konsumerisme. Padahal Allah swt secara tegas memilah antara sikap boros (israf/berlebihan) dengan kikir. Kedua-duanya bukanlah sikap yang baik, sikap yang ditengah-tengah adalah sikap  sikap yang efisien. Firman Allah swt :
 
 
Artinya : Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar . . .  (Q.S. al-Furqan (25): 67).
 4.        Adil
Seseorang yang mencuri ayam demi mencari sesuap nasi bagi anaknya yang lapar misalnya harus meringkuk 3 ( tiga) bulan di penjara, setelah sebelumnya dihajar habis-habisan oleh massa. Sementara, koruptor yang menghisap miliaran rupiah uang rakyat, tetap melenggang dan terus menghirup udara bebas. Adilkah peristiwa tersebut?
Adil merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu terlebih seorang muslim. Kata adil (al-‘adl) yang berarti : tidak memihak atau tidak berat sebelah ini bisa dipahami sebagai sikap yang menempatkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional. Keadilan merupakan pangkal persatuan dan kedamaian, sementara ketidakadilan akan membawa pada perpecahan dan kehancuran. Karenanya, Allah swt memerintahkan kepada setiap orang yang beriman untuk berlaku adil kepada orang lain, diri sendiri, dan kerabat. Firman Allah swt :
 Artinya :  Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penengak keadilan, menjadi saksi karena Allah swt, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu . . . (Q.S. an-Nisa (4): 136).
Dalam upaya menegakkan keadilan, kita bisa mengambil teladan dari Rasulullah SAW. Beliau pernah bersumpah dihadapan ummatnya, “Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad SAW telah terbukti mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya.” Demikian ketegasan yang pernah diungkapkan oleh Rasulullah SAW.
DAlam diri manusia terdapat dorongan untuk mempertahankan diri dari situasi yang tidak menguntungkan terhadap diri dan keluarganya. Dalam kondisi demikian akan terjadi pertarungan antara nurani yang lebih mengedepankan kejujuran dengan nafsu pribadi yang mewakili kepentingan dirinya. Dengan mengedepankan kejujuran maka akan menghasilkan keputusan yang adil. Sebaliknya ketidak jujuran akan mengakibatkan ketimpangan yang dapat merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Rasulullah SAW berpesan :
 
 Artinya : Katakanlah yang hak (benar walaupun itu pahit. (H.R. Abu Zar al-Gifary).
5.     Bijaksana
Bijaksana diartikan sebagai sikap penuh ketenangan dan kearifan dalam memutuskan sesuatu serta  dalam mengambil tindakan secara tepat dengan mempertimbangkan berbagai aspek secara rasional melalui pertimbangan manfaat dan mudaratnya.
 6.     Berpikir Matang
      Untuk dapat bersikap adil dan bijaksana, kita dituntut untuk mampu berpikir matang. Karena itu, kematangan berpikir ini juga menjadi syarat mutlak bagi tercapainya kesuksesan.
                            Berpikir matang bisa berarti berpikir secara serius dengan mendayagunakan segenap kemampuan akal dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang terjadi, sehingga dapat mengambil suatu keputusan yang tepat.  Firman Allah swt :
 Artinya : . . . . Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?”. . . . (Q.S. az-Zumar : 9)
 
7.     Memiliki Harga Diri
Allah swt menciptakan manusia sebagai makhluk yang memiliki bentuk dan susunan tubuh paling sempurna, jika dibandingkan dengn makhluk Allah swt.  Lainnya hal ini dinyatakan dalam firman Allah swt. yang berbunyi : 
 
 Artinya :  Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (Q.S. at-Tin (95) : 4).
            Semestinya kemuliaan itu harus dijaga dengan segenap jiwa raga, jangan sampai jatuh kelembah kehinaan, sebagaimana dinyatakan dalam lanjutan ayat tersebut : 
 Artinya : Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. (Q.S. at-Tin (95): 5).

Karenanya, setiap orang harus mampu menjaga kehormatan dan harga dirinya dengan sekuat tenaga, meskipun untuk itu harus mempertaruhkan jiwa serta raga. Firman Allah swt. :
 
 Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.... (Q.S. at-Tahrim (66): 6)
Harga diri turut menentukan kesuksesan hidup kita. Tanpa harga diri mungkin bisa sukses dalam arti materi . namun, harus diingat, kesuksesan seperti itu adalah kesuksesan semu.
Baca juga Puasa di Bulan Ramadhan Hukumnya Wajib dan Orang-orang Yang Mengingkarinya Dianggap Kafir.
 Perlu tugas sekolah untuk membuat makalah? silakan kunjungi Makalah Agama Islam Tentang Shalat Berjamaah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER