Sahabat Abu
Bakar Siddiq RA pernah berkata : “ Tiga hal tidak akan tercapai dengan tiga perkara, (yaitu) kaya
dengan berangan-angan, muda dengan menyemir (rambut), dan sehat dengan obat.” Selain itu
sahabat Umar bin Khatab RA juga pernah berkata “Janganlah salah seorang di antara kamu duduk menganggur sambil
menengadahkan tangan ke langit seraya beucap : ‘Ya Allah, turunkanlah rezeki
untukku’, padahal sudah dimaklumi bahwasanya langit itu tidak akan menurunkan
hujan emas maupun perak.”
1. Rida
Ridha
adalah sikap menerima segala ketentuan
Allah swt, tenang dalam menghadapai cobaan dengan
senantiasa berusaha dan tidak mudah
putus asa. Bersikap rida berarti sebuah penerimaan secara sungguh-sungguh dari
hati atas pemberian Allah swt. melalui nalar pikiran yang positif, bahwa ia
telah memberikan kenikmatan sesuai ukuran kebutuhan kita.
Artinya
: dan
Allah melebihkan sebagian kamu atas
sebagian yang lain dalam hal rezeki ...... (Q.S. an-Nahl (16): 71)
Timbulkan pikiran positif (husnuzan) kepada Yang Maha Pemberi
rezeki. Mungkin jika diberi-Nya rezeki yang berlebih justru dapat menimbulkan
dampak negatif bagi pribadi kita, yang malahan semakin menjauhkan diri dari
rahmat Allah swt.
Perhatikan
firman Allah SWT berikut ini.
Artinya
: Dan
(ingatlah) ketika Tuhamnu memaklumkan, “sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Q.S. Ibrahim (14): 7).
Ayat di atas secara jelas menyebutkan
kecintaan Allah swt kepada orang yang rida
dan mau mensyukuri nikmat-Nya. Jika nikmat dari Allah swt. kita terima
dengan hati yang ikhlas dan penuh rasa
syukur, maka nikmat tersebut akan menjadi berkah bagi kehidupannya. Allah swt.
juga akan melipatgandakan nikmat
tersebut. Namun sebaliknya, sebesar
apapun nikmat yang diterima jika disikapi dengan perasaan selalu kurang tidak
akan akan menjadi berkah bahkan dapat menjadi laknat dan azab Allah swt.
2. Produktif
Poduktif
berarti sikap seseorang untuk mampu menghasilkan sesuatu. Produktivitas
seseorang dipengaruhi oleh kemampuan diri
untuk meningkatkan potensi dirinya sehingga mampu menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat. Dengan sikap produktif yang dimiliki, dapat mewujudkan segala sesuatu yang
dicita-citakan.
Sahabat Abu
Bakar Siddiq RA pernah berkata : “ Tiga hal tidak akan tercapai dengan tiga perkara, (yaitu) kaya
dengan berangan-angan, muda dengan menyemir (rambut), dan sehat dengan obat.” Selain itu
sahabat Umar bin Khatab RA juga pernah berkata “Janganlah salah seorang di antara kamu duduk menganggur sambil
menengadahkan tangan ke langit seraya beucap : ‘Ya Allah, turunkanlah rezeki
untukku’, padahal sudah dimaklumi bahwasanya langit itu tidak akan menurunkan
hujan emas maupun perak.”
Firman Allah swt
:
Artinya
: Dan carilah
(pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah swt kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan
bagianmu di dunia. (Q.S. al-Qasas (28): 77)
Kita diperintahkan untuk
mengupayakan kebahagiaan hidup kita dengan bekerja keras dan produktif, orang
yang produktif selalu berusaha menjalankan sesuatu dengan baik. Dalam sebuah
hadis kita dianjurkan untuk menjadi orang sukses yaitu menjadikan hari ini
lebih baik daripada hari kemarin dan esok lebih baik daripada sekarang.
Tentunya, kesuksesan dilakukan untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia maupun
di akhirat, sebagaimana pesan Rasulullah SAW yang artinya : Bekerjalah untuk kepentingan duniamu
seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan
akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok pagi (H.R. Baihaqi).
3. Efisien
Efisien
berarti sikap dalam menggunakan atau
memanfaatkan segala sesuatu yang kita miliki secara hemat dan proporsional,
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Biasanya
seseorang akan cenderung menggunakan sesuatu secara berlebihan atau boros
ketika ia memiliki sesuatu dalam jumlah banyak. Orang yang memiliki uang
biasanya cenderung banyak keinginan. Orang yang terus memperturutkan keinginan
tersebut pada akhirnya akan terjebak dalam pola hidup boros dan konsumerisme.
Padahal Allah swt secara tegas memilah antara sikap boros (israf/berlebihan) dengan kikir. Kedua-duanya bukanlah sikap yang
baik, sikap yang ditengah-tengah adalah sikap
sikap yang efisien. Firman Allah swt :
Artinya
: Dan (termasuk
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan
(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya
secara wajar . . . (Q.S. al-Furqan (25):
67).
4.
Adil
Seseorang yang mencuri ayam demi mencari sesuap nasi bagi anaknya yang
lapar misalnya harus meringkuk 3 ( tiga) bulan di penjara, setelah sebelumnya
dihajar habis-habisan oleh massa. Sementara, koruptor yang menghisap miliaran
rupiah uang rakyat, tetap melenggang dan terus menghirup udara bebas. Adilkah
peristiwa tersebut?
Adil merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu terlebih
seorang muslim. Kata adil (al-‘adl)
yang berarti : tidak memihak atau tidak
berat sebelah ini bisa dipahami sebagai sikap yang menempatkan sesuatu pada
tempatnya secara proporsional. Keadilan merupakan pangkal persatuan dan
kedamaian, sementara ketidakadilan akan membawa pada perpecahan dan kehancuran.
Karenanya, Allah swt memerintahkan kepada setiap orang yang beriman untuk
berlaku adil kepada orang lain, diri sendiri, dan kerabat. Firman Allah swt :
Artinya
: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu
penengak keadilan, menjadi saksi karena Allah swt, walaupun terhadap dirimu sendiri atau
terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu . . . (Q.S. an-Nisa (4): 136).
Dalam upaya menegakkan keadilan, kita bisa mengambil teladan dari
Rasulullah SAW. Beliau pernah bersumpah dihadapan ummatnya, “Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad SAW
telah terbukti mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya.” Demikian
ketegasan yang pernah diungkapkan oleh Rasulullah SAW.
DAlam diri manusia terdapat dorongan untuk mempertahankan diri dari
situasi yang tidak menguntungkan terhadap diri dan keluarganya. Dalam kondisi
demikian akan terjadi pertarungan antara nurani yang lebih mengedepankan
kejujuran dengan nafsu pribadi yang mewakili kepentingan dirinya. Dengan
mengedepankan kejujuran maka akan menghasilkan keputusan yang adil. Sebaliknya
ketidak jujuran akan mengakibatkan ketimpangan yang dapat merugikan baik diri
sendiri maupun orang lain. Rasulullah SAW berpesan :
Artinya
: Katakanlah
yang hak (benar walaupun itu pahit. (H.R. Abu Zar al-Gifary).
5. Bijaksana
Bijaksana diartikan sebagai sikap penuh ketenangan dan kearifan dalam
memutuskan sesuatu serta dalam mengambil
tindakan secara tepat dengan mempertimbangkan berbagai aspek secara rasional
melalui pertimbangan manfaat dan mudaratnya.
6. Berpikir Matang
Untuk dapat bersikap adil dan bijaksana,
kita dituntut untuk mampu berpikir matang. Karena itu, kematangan berpikir ini
juga menjadi syarat mutlak bagi tercapainya kesuksesan.
Berpikir matang bisa berarti berpikir
secara serius dengan mendayagunakan segenap kemampuan akal dan mempertimbangkan
berbagai kemungkinan yang terjadi, sehingga dapat mengambil suatu keputusan
yang tepat. Firman Allah swt :
Artinya
: . . . .
Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui ?”. . . . (Q.S. az-Zumar :
9)
7. Memiliki Harga Diri
Allah swt
menciptakan manusia sebagai makhluk yang memiliki bentuk dan susunan tubuh
paling sempurna, jika dibandingkan dengn makhluk Allah swt. Lainnya hal ini dinyatakan dalam firman Allah
swt. yang berbunyi :
Artinya
: Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya. (Q.S. at-Tin (95) : 4).
Semestinya
kemuliaan itu harus dijaga dengan segenap jiwa raga, jangan sampai jatuh
kelembah kehinaan, sebagaimana dinyatakan dalam lanjutan ayat tersebut :
Artinya : Kemudian Kami kembalikan dia ke
tempat yang serendah-rendahnya. (Q.S. at-Tin (95): 5).
Karenanya,
setiap orang harus mampu menjaga kehormatan dan harga dirinya dengan sekuat
tenaga, meskipun untuk itu harus mempertaruhkan jiwa serta raga. Firman Allah
swt. :
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.... (Q.S. at-Tahrim (66): 6)
Harga diri
turut menentukan kesuksesan hidup kita. Tanpa harga diri mungkin bisa sukses
dalam arti materi . namun, harus diingat, kesuksesan seperti itu adalah
kesuksesan semu.
Baca juga Puasa di Bulan Ramadhan Hukumnya Wajib dan Orang-orang Yang Mengingkarinya Dianggap Kafir.
Perlu tugas sekolah untuk membuat makalah? silakan kunjungi Makalah Agama Islam Tentang Shalat Berjamaah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar