Blogger Widgets

Filosofi Jamban Terapung Urang Banua

Pastinya terdengar aneh ditelinga, mengapa jamban mudah sekali dijadikan topik pembicaraan sehari-hari urang Banjar
Penduduk Kalimantan Selatan atau urang Banjar, urang Hulu Sungai dan urang Pahuluan secara harfiah sangat dekat dengan sungai.




Meskipun banyak terjadi pergeseran budaya ditingkat perkotaan, ditandai dengan rumah-rumah  dan bangunan lainnya yang dulu menghadap sungai kini sudah mengarah ke jalan raya, bagi masyarakat perkotaan sungai bukanlah tempat untuk melakukan sosialisasi.  



Urang hulu sungai memperhalus sebutan jamban dengan istilah 'batang' yang secara harfiah batang berarti bahan yang dipakai untuk membuat jamban. Biasanya terdiri dari dua atau lebih batang pohon besar utuh sebagai bahan apung untuk mendirikan jamban di atas batang pohon. Batang disatukan sedemikian rupa sehingga diantara batang tersebut mengalir air, diantara dua batang itu pula berdiri sebuah ruangan kecil dengan ukuran bervariasi tergantung besar atau kecilnya batang sebagai pondasi, yang disebut dengan jamban.
Setelah semakin sulitnya mendapatkan batangan kayu gelondongan untuk bahan utama pembuatan batang, maka jamban dimasa sekarang pembuatan menggunakan bahan bambu saja yang dibuat membentuk rakit atau lanting



Kata batang mempunyai makna ganda, pertama, batang mempunyai arti batang banyu yaitu istilah orang-orang di pahuluan untuk menyebut sebuah sungai. Penyebutan kata batang banyu lebih sering diucapkan daripada kata sungai yang mempunyai arti lebih luas.

Kedua, kata batang yang mempunyai makna lebih khusus sebagai tempat orang membuang hajat.

Urang Pahuluan lebih senang mengucapkan kalimat 'pergi ke batang' daripada 'pergi ke jamban'. Makna kalimat ini sama dengan orang yang menyebutkan kata 'pergi kebelakang' untuk memaknai kalimat 'pergi ke toilet'.

Batang mempunyai filosofi lebih tinggi selain karena letaknya  di atas batang banyu, batang juga sebagai tempat berkumpul di sungai, sebagai tempat interaksi sesama warga baik dipagi hari maupun sore hari. Tempat dimana berbagai topik dibicarakan tanpa mengenal gender. Tidak ada pemisah antara laki-laki dan perempuan semua saling menghargai dan menjaga kesusilaan dengan baik. 


Berbeda dengan filosofi urang Banjarmasin  yang menjadikan sungai sebagai lalu lintas perdagangan, tempat terjadinya jual beli baik di atas batang maupun di atas jukung namun fungsinya tetap sama yaitu sebagai tempat mandi, cuci dan kakus.




Seiring dengan semakin padatnya penduduk di Kalimantan Selatan perkembangan jamban terapung pun semakin tinggi. bahkan tidak terkendali. Disepanjang aliran sungai Martapura saja dari pusat kota hingga ke Kecamatan Sungai Tabuk Jumlah jamban terapung sudah mencapai 5.000 buah. Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena fungsi utama dari jamban terapung ini adalah sebagai tempat MCK sudah tentu akan menghasilkan produk limbah yang tinggi sekali. Kalau dihitung secara acak saja satu orang membuang kotoran mencapai 2,5 kilogram per hari sehingga bisa dihitung jumlah bakteri ecoli yang ada di dalam air belum lagi termasuk limbah sabun dan kotoran lainnya.

Berdasarkan jumlah jamban terapung tersebut bila satu jamban setiap harinya dipakai untuk buang air besar antara 10 hingga 15 orang penduduk maka kawasan sungai tersebut setiap harinya tercemar antara 10 - 14 ton tinja manusia.

Itu hanyalah perhitungan kasar untuk daerah Kabupaten Banjar saja. Sedangkan fenomena jamban terapung ini ada di seluruh wilayah Kalsel, dari Tanjung sampai Banjarmasin dan menyebar lagi sampai ke daerah pegunungan dan daerah hulu sungai lainnya turut menyumbang perkembangan E. coli atau Escherichia coli sebagai salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif yang dihasilkan oleh tinja manusia. Untuk daerah Banjarmasin sudah tercatat 16000 PPM kandungan E.Coli dengan batas baku mutu hanya 30 PPM. Bisa dibayangkan bagaimana kotornya air di Banjarmasin.

Terlepas dari bahaya yang begitu mengerikan, kehidupan urang pahuluan tidak akan lengkap tanpa kehadiran jamban terapung suasana pagi mungkin akan berubah tanpa adanya jamban terapung.



Meskipun begitu budaya urang pahuluan mestinya adalah budaya yang arif pada lingkungan. Dengan tidak menjejali batang banyu dengan tambahan jamban-jamban baru dan ribuan keramba lainnya pastilah sungai menjadi filosofi terbaik urang banua.

Banjarmasin 2016
DMCA.com Protection Status

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER